Manihuruk_Chemistry
Sabtu, 20 September 2014
Rabu, 21 Mei 2014
hdchsfdgewfh
rasanya kalau sudah akhir perkuliahan ituu,,,,rasanya gmanaaaa gitu..melayang layang di udara, liburan berbulan bulan hahahahaah :D
Minggu, 04 Mei 2014
Akhir mengerjakan laporan, agak2 di share la dulu, sekedar berbagi ilmu :)
Laporan Praktikum Anorganik II
Reduksi Ion Besi (III) secara Fotokimia
Reduksi Ion Besi (III) secara Fotokimia
1. Preparasi
Kertas Peka
Ø Hasil
Percobaan :
NO
|
Prosedur/Perlakuan
|
Hasil Percobaan
|
1
|
Di dalam ruangan gelap :
50 ml FeCl3 0,1 M + 10 ml
(NH4)2PO4 0,1 M kemudian dikocok
|
Larutan berwarna kuning muda
|
2
|
Larutan (1) + 50 ml H2C2O4
0,1 M
|
Larutan tetap berwarna kuning muda
|
3
|
Kertas saring dicelupkan pada larutan
(2) selama 20 menit
|
Warna pada kertas saring yang awalnya
putih berubah menjadi putih
|
Ø Reaksi
yang terjadi :
FeCl3(aq) à Fe3+(aq) + 3Cl-(aq)
(NH4)2PO4 (aq) à 2NH4+(aq) + HPO42-(aq)
Sehingga reaksinya
menjadi :
2 Fe3+(aq) + 3HPO42-(aq) à Fe2(HPO4)3(aq)
Pada
percobaan ini tidak terjadi reaksi reduksi ion Fe(III) dari larutan FeCl3,
jika reaksi terkena sinar, maka Fe3+
bereaksi dan tereduksi menjadi Fe2+ sehingga pasokan Fe3+ untuk reaksi reduksi pada fotokimia akan
semakin berkurang. Kegunaan dari senyawa FeCl3 adalah sebagai
penyedia ion Fe3+ yang
nantinya akan direduksi menjadi ion Fe2+
Fungsi
dari penambahan larutan (NH4)2PO4 adalah untuk
menghambat peristiwa reduksi ion Fe3+ yang cepat diman ion HPO42-
akan mengikat ion Fe3+
Setelah
3 menit, larutan (1)
ditambahkan 50 ml H2C2O4 0,1 M,
reaksinya adalah sebagai berikut :
Fe2(HPO4)3(aq) à 2 Fe3+(aq) + 3HPO42-(aq)
H2C2O4(aq) à 2H+(aq) + C2O42-(aq)
Maka reaksinya menjadi :
Fe3+(aq) + e à
Fe2+(aq)
C2O42-(aq) à 2CO2(g) + 2e
2 Fe3+(aq) + C2O42-(aq) à2 Fe2+(aq) + 2CO2(g)
Fungsi dari penambahan larutan H2C2O4
adalah sebagai larutan yang mereduksi (reduktor kuat) ion Fe3+nmenjadi
ion Fe2+
Selanjutnya, disiapkan beberapa helai
kertas saring yang telah diberi batas kira-kira 1Cm dari ujung kertas, lalu
kertas saring tersebut dicelupkan kedalam larutan kuning lalu dibiarkan mongering. Dengan mencelupkan kertas ke dalam
larutan membuat warna kertas saring yang awalnya berwarna putih berubah warna
menjadi kuning.
Semua proses kerja penyiapan kertas peka
ini dilakukan dalam ruang gelap untuk menghindari reduksi oleh cahaya yang
dapatmempengaruhi hasil reaksi.
2. Reduksi
ion besi (III) secara fotokimia dan proses cetak biru
Ø Hasil
percobaan
NO
|
Prosedur/perlakuan
|
Hasil percobaan
|
1
|
Kertas kalkir diberi tulisan (lambing
unsur) dan kemudian disinari cahaya lampu selama 4-6 menit
|
Tidak ada perubahan pada kertas kalkir
|
2
|
Menyediakan :
Gelas kimia I : 50 ml K3Fe(CN)6
0,1 M
Gelas kimia II : 50 ml K2Cr2O7
0,1 M
Gelas kimia III : 50 ml HCl 0,1 M
|
Gelas kimia I : larutan kuning
Gelas kimia II : larutan orange
Gelas kimia III: larutan bening
|
3
|
Kertas kalkir yang sudah disinari
dicelupkan kedalam larutan gelas kimia I, II, III
|
Kertas berwarna biru basah
|
4
|
Kertas kalkir dicuci dan dikeringkan
|
Terbentuk lambing/tulisan pada kertas
kalkir
|
Ø Reaksi
yang terjadi :
Fe2(HPO4)3(aq) à 2 Fe3+(aq) + 3HPO42-(aq)
K3Fe(CN)6(aq) à 3K+(aq) + Fe(CN)63-(aq)
Maka,
Fe3+(aq) + Fe(CN)63-(aq) à Fe3+(aq) + Fe(CN)64-(aq) à Fe4[Fe(CN)6]3-(aq)
Reaksi K2Cr2O7
yang mengoksidasi Fe2+
Reduksi : Cr2O72-
+ 14 H+ + 6e à 2Cr3+
+ 7H2O ()
Oksidasi : Fe2+ à
Fe3+ + e ()
Redoks : 6 Fe2+ + Cr2O72-
+ 14 H+ à
2Cr3+ + 6 Fe3+ + 7H2O
Pembuatan
objek pada kertas kalkir menggunakan spidol hitam dan dibuat tebal bertujuan
supaya hasil cetakannya dapat diserap oleh kertas peka (kertas saring) dan
hasil cetakannya terlihat jelas. Keping kaca bertujuan untuk menyerap panas
sehingga reduksi ion besi dapat terjadi di dalam kertas untuk tidak mereduksi keluar keeping kaca. Fungsi
pencelupan kertas peka (kertas saring) yang telah disinari sinar ke dalam
masing-masing larutan adalah :
·
K3Fe(CN)6 : Untuk mereduksi ion besi (III) menjadi ion
besi (II)
·
K2Cr2O7 : Untuk mengoksidasi ion Fe3+
yang tidak bereaksi menjadi Fe(CN)63- sehingga mudah
larut dalam HCl
·
HCl :
Untuk melarutkan semua ion yang tidak dibutuhkan selain ion kompleks. Dengan
terbentuknya ion kompleks maka hasil cetak biru dapat diperoleh.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil cetak biru antara lain :
a)
Keadaan bahan
b)
Lamanya waktu penyinaran
c)
Ketebalan gambar unsur yang dibuat pada
kertas kalkir
d) Kesalahan
teknik pencelupan kertas peka (kertas saring) pada ketiga macam larutan
Kertas
kalkir dan kertas peka yang telah dijepit dengan kaca kemudian disinari dengan
sinar OHP bertujuan untuk memutuskan ikatan antara ion Fe3+ dengan H2PO42-
dalam reaksi sebagai berikut :
Fe2(HPO4)3(aq) à 2 Fe3+(aq) + 3HPO42-(aq)
Penggunaan
besi (III) pada fotokimia :
Sesuai
dengan bunyi hukum fotokimia yaitu :
Perubahan
yang ditimbulkan cahaya yang diserap menggunakan sinar dan hal ini sesuai
dengan proses reduksi ion besi (III) menjadi ion besi (II) akibat dari
penyinaran karena reaksi reduksi ion besi (III) untuk cetak biru.
Prinsip
yang digunakan dalam percobaan ini adalah reaksi reduksi ion besi (II)
dipengaruhi oleh cahaya. Metode dalam percobaan ini adalah fotokimia yang
merupakan proses reaksi kimia yang diinduksi oleh sinar secara langsung
menggunakan kertas kalkir yang transparan.
Rabu, 30 April 2014
Fakta Eksperimen yang Menunjukkan Adanya Ikatan Logam
a.
Teori
awan elektron
Teori ini dikemukakan oleh Drude dan Lorentz pada awal abad ke-20. Menurut
teori ini, di dalam kristal logam, setiap atom melepaskan electron valensinya,
sehingga terbentuk awan electron dan ion
bermuatan positif yang tersusun rapat dalam awan elektron tersebut. Ion logam
yang bermuatan positif tersebut terdapat pada jarak tertentu satu sama lain
dalam kristalnya. Karena electron valensi tidak terikat pad salah satu ion
logam, tapi terdelokalisasi terhadap semua ion logam, maka electron valensi
tersebut bebas bergerak ke seluruh bagian dari Kristal logam, sama halnya
dengan molekul-molekul gas yang dapat bergerak bebas dalam ruangan tertentu.
Jadi, menurut teori ini yang disebut teori awan electron atau teori electron bebas, ikatan logam terdapat antara
ion logam bermuatan positif dan elektron yang mudah bergerak dalam lautan
electron.
Teori
lautan atau awan elektron inilah yang dapat menjelaskan berbagai sifat fisika
dari logam, di atas yakni sifat mengkilap pada logam, daya hantar listrik dan daya
hantar panas yang baik, dapat ditempa, dapat dibengkokkan, direntangkan dan
tidak rapuh.
b.
Ikatan logam berdasarkan teori resonansi
Pada tahun 1965 Pauling mengemukakan
ikatan logam dengan menetapkan konsep resonansi. Menurut teori ini ikatan logam
merupakan ikatan kovalen dan sesuai dengan struktur kristal logam yang dapat
diamati pada eksperimen maka dapat diperkirakan teradi resonansi. Dalam
mengembangkan teorinya Pauling meninjau kristal logam Li. Dari tafsiran
analisis terhadap pola difraksi sinar-X oleh kristal logam Li dapat diketahui
bahwa setiap atom Li dikelilingi oleh 8 atom Li yang lain. Karena elekton
valensi Li adalah 1, maka tidak mungkin 1 atom Li mengikat 8 atom Li lainnya.
c.
Teori Pita
Teori ini dikembangkan pada tahun 1970 mempergunakan teori orbital molekul.
Ikatan logam mudah dipahami dengan memberi teori orbital molekul ini. Misalnya
pada logam Li memiliki susunan elektron 1s2 2s1.
Elektron 1s2 terdapat dalam orbital yang terarah
(localized) sedangkan elektron dalam 2s1 terdapat pada orbital
tidak terarah (delocalized). Elektron 2s inilah yang akan membentuk ikatan.
Bila dua atom Li mendekat, orbital atom 2s akan bergabung dengan orbital atom
2s dari atom lain membentuk dua orbital molekul, yaitu orbital molekul bonding
dan anti bonding. Bila atom ketiga mendekat, terbentuk tiga orbital molekul,
dan seterusnya. Jadi jumlah molekul sama dengan jumlah atonya. Bila N atom
litium bersatu, terbentuk N orbital molekul dengan energi berbeda-berda yang
membentuk pita energi, dengan distribusi energi yang kontiniu.
Langganan:
Postingan (Atom)